Scroll untuk baca artikel
banner 728x90
banner 728x90
banner 728x90
News

Parah! Kenaikan Harga Beras Melonjak, Peritel Mencari Relaksasi HET

×

Parah! Kenaikan Harga Beras Melonjak, Peritel Mencari Relaksasi HET

Sebarkan artikel ini

BOLINGGO.CO- Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meminta pemerintah untuk melonggarkan harga eceran tertinggi (HET) dan harga acuan serta peraturannya hingga periode tertentu untuk beberapa komoditas bahan pokok dan penting seperti beras, yang berpotensi mengalami kenaikan pada Februari 2024.

Ketua Umum Aprindo, Roy N. Mandey, mengatakan bahwa para peritel mulai mengalami kesulitan dalam mendapatkan stok beras jenis premium lokal dengan kemasan 5 kilogram karena para produsen telah meningkatkan harga beli bahan pokok dan penting seperti beras, gula, hingga minyak goreng, di atas HET.

“Selama sepekan terakhir ini (harga sudah naik) sebesar 20%-35% dari harga sebelumnya,” ujar Roy dalam keterangan resminya, Jumat (9/2/2024).

Roy menjelaskan bahwa peritel tidak memiliki kemampuan untuk mengatur dan mengontrol harga yang ditetapkan oleh produsen bahan pokok dan penting. Hal ini disebabkan harga diatur oleh produsen sebagai sektor hulu, kemudian didistribusikan ke peritel di sektor hilir, dan akhirnya dibeli oleh masyarakat melalui gerai ritel modern.

Saat ini, lanjutnya, peritel tidak memiliki opsi lain dan terpaksa membeli beras dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal.

Berdasarkan informasi, harga beras yang dibeli oleh peritel berkisar antara Rp15.100 hingga Rp15.500 per kilogram. Penting untuk dicatat bahwa pemerintah menetapkan HET beras medium sebesar Rp10.900 hingga Rp11.800 per kilogram, sementara HET beras premium sebesar Rp13.900 hingga Rp14.800 per kilogram.

Baca Juga:  Biaya Kuliah Mahal, Prabowo: Kalau Bisa Gratis

Untuk itu, pihaknya meminta pemerintah untuk melonggarkan HET beberapa komoditi bahan pokok dan penting agar peritel dapat membeli produk tersebut dengan harga yang masuk akal. Selain itu, peritel khawatir kondisi ini dapat memicu kekosongan dan kelangkaan stok, yang berujung pada panic buying konsumen, yang akan berlomba dan menimbun bahan pokok dan penting.

“Bagaimana mungkin kami menjualnya dengan HET? Siapa yang akan menanggung kerugiannya? Siapa yang akan bertanggung jawab bila terjadi kekosongan dan kelangkaan bahan pokok dan penting tersebut pada gerai ritel modern kami, karena kami tidak mungkin membeli mahal dan menjual rugi,” imbuhnya.

Dia juga mendesak pemerintah untuk merelaksasi aturan main HET yang telah berlaku selama ini, sehingga peritel dapat terus membeli, menyediakan, dan menjual kebutuhan pokok dan penting masyarakat, dengan tujuan menghindari kekosongan dan kelangkaan bahan pokok di gerai ritel dan modern. Peritel menyarankan agar pemerintah segera membentuk regulasi yang bersifat solutif dan berdampak positif bagi semua pihak, sehingga permasalahan anomali harga bahan pokok dan penting dapat dikelola dan terkendali secara efektif.