Scroll untuk baca artikel
banner 728x90
banner 728x90
banner 728x90
Lokal Pride

Pabrik Gula Pajarakan: Jejak Kejayaan dan Transformasi di Era Kolonial dan Jepang

×

Pabrik Gula Pajarakan: Jejak Kejayaan dan Transformasi di Era Kolonial dan Jepang

Sebarkan artikel ini
Pabrik Gula (PG) Pajarakan Probolinggo. (Foto: Ibrohim Zidni/Bolinggo.co)

BOLINGGO.CO – Pabrik Gula (PG) Pajarakan, yang berdiri megah di Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, adalah salah satu peninggalan bersejarah yang menggambarkan kegemilangan dan transformasi ekonomi di masa kolonial dan pendudukan Jepang di Indonesia.

Mengutip dari berbagai macam sumber. Pabrik ini pertama kali didirikan pada sekitar tahun 1830-an waktu zaman pemerintahan Hindia Belanda oleh A. G de Roock dalam skala industri kecil. Namun, dengan berkembangnya waktu, pabrik ini (PG Pajarakan) berkembang pesat setelah berkolaborasi dengan beberapa pemilik lainnya, seperti A.H van Krieken dan Geb van Es. Pada tanggal 5 April 1884, pabrik ini secara resmi diresmikan dengan nama N.V.Cult.Mij Padjarakan. Berkat fasilitas mesinnya yang didukung oleh N.V Machinefabriek Braat, Pabrik Gula Pajarakan menjadi pusat produksi gula terkemuka di Hindia Belanda.

Meskipun mengalami tantangan seperti Krisis Tebu akibat Kekeringan, Pabrik Gula Pajarakan berhasil bertahan dan bahkan terus berkembang di awal abad ke-20. Namun, masa kejayaan ini terhenti ketika pendudukan Jepang dimulai. Pabrik yang dulunya ramai dengan kegiatan produksi gula, kini diubah menjadi gudang makanan dan senjata oleh tentara Jepang. Rumah dinas yang dulunya ditempati oleh manajer dan karyawan pabrik, kini digunakan sebagai kamp interniran bagi Belanda yang ditangkap oleh tentara Jepang.

Baca Juga:  Keunikan Probolinggo: Angin Gending, Fenomena Alam di Bulan Juli

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Pabrik Gula Pajarakan kembali beroperasi, namun tidak dengan kegemilangan masa lalu. Meskipun mencoba untuk bangkit, pabrik ini akhirnya terpaksa ditutup karena berbagai faktor, termasuk modernisasi dan perubahan ekonomi.

Hari ini, sisa-sisa bangunan dan cerita Pabrik Gula Pajarakan menjadi saksi bisu dari sejarah yang berharga. Mereka mengingatkan kita akan masa kejayaan industri gula di masa kolonial, serta adaptasi dan transformasi bangunan tersebut selama pendudukan Jepang. Ada harapan bahwa di masa depan, sisa-sisa pabrik ini dapat difungsikan sebagai tempat pelajaran tentang sejarah perkebunan di Probolinggo, yang akan membantu memperkaya pemahaman kita tentang warisan budaya dan industri daerah. Semoga pemeliharaan dan penelitian lebih lanjut dapat memungkinkan kita untuk menjaga dan memahami nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalamnya.