BOLINGGO.CO – Dalam bulan suci Ramadan, umat Islam di seluruh dunia berlomba-lomba untuk menjalankan ibadah puasa sebagai salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan. Puasa Ramadan memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan umat Muslim, karena merupakan bentuk pengabdian dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta kesempatan untuk membersihkan diri secara spiritual dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Salah satu aspek penting dalam menjalankan ibadah puasa adalah niat. Niat merupakan kunci utama yang mengikat kesungguhan dan keikhlasan seseorang dalam menjalankan ibadah puasa. Sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, bahwa setiap amal perlu diawali dengan niat yang tulus dan ikhlas.
Berdasarkan tuntunan Mazhab Imam Malik, salah satu dari empat mazhab dalam fiqh Islam, niat puasa Ramadan memiliki format yang khusus. Imam Malik bin Anas, pendiri Mazhab Malikiyah, menekankan pentingnya niat yang jelas dan tegas dalam menjalankan ibadah puasa.
Seorang yang bermazhab Imam Malik diwajibkan untuk menyatakan niat secara eksplisit, baik secara lisan maupun dalam hati, sebelum terbit fajar pada setiap hari puasa Ramadan. Niat tersebut mencakup keseluruhan bulan Ramadan, bukan hanya untuk satu hari tertentu.
Di Indonesia, pendapat Malikiyah ini banyak diadopsi, meskipun penduduknya mayoritas penganut mazhab Syafi’i. Hal ini, tentu di bawah bimbingan para kiai dan masyayikh, salah satunya dengan merujuk kalam Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri KH A Idris Marzuqi di dalam karyanya Sabil al-Huda yang berisikan himpunan wadhifah dan amaliah.
“Untuk berjaga-jaga agar puasa tetap sah ketika suatu saat lupa niat, sebaiknya pada hari pertama bulan Ramadhan berniat taqlid (mengikut) pada Imam Malik yang memperbolehkan niat puasa Ramadhan hanya pada permulaan saja. Dan adanya cara tersebut bukan berarti membuat kita tidak perlu lagi niat di setiap harinya, tetapi cukup hanya sebagai jalan keluar ketika benar-benar lupa,” bunyi kalam KH. A Idris Marzuqi dalam Kitab Sabil al-Huda, halaman 51.
Dengan demikian, niat puasa Ramadan menurut Mazhab Imam Malik dapat dirumuskan sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Artinya:
“Saya niat puasa sebulan penuh dalam bulan Ramadan tahun ini, mengikuti tuntunan Imam Malik, karena kewajiban kepada Allah Ta’ala.”
Dengan menyampaikan niat tersebut dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, seseorang akan mendapatkan keberkahan dan ridha dari Allah SWT dalam menjalankan ibadah puasa. Niat yang jelas dan tegas juga membantu seseorang untuk memperkuat komitmen dalam menjalankan ibadah puasa dengan penuh keberkahan dan keikhlasan.
Semoga dengan niat yang tulus dan ikhlas ini, umat Muslim dapat meraih segala keberkahan dan kemuliaan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan sehingga mendekatkan diri kepada-Nya dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.