BOLINGGO.CO – Dewi Maharani Nurkholis, Penjabat (Pj) Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Probolinggo, melakukan Roadshow dan Silaturahmi dengan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di bidang ukonveksi pada Senin (22/4/2024) di lima lokasi berbeda.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau perkembangan usaha konveksi batik dan bordir di Kota Probolinggo. “Kita roadshow hari ini ke pembatik, sebetulnya mereka itu sudah bagus-bagus batiknya. Cuma perlu pelatihan lagi soal pewarnaan, desain, supaya lebih bagus,” kata Dewi Maharani.
Dalam roadshow tersebut, Dekranasda Kota Probolinggo mengunjungi beberapa UMKM diantaranya Batik D’Aisha di Jalan Mawar Permai, Batik Bordir Rizza di Jalan Soekarno Hatta, Batik Manggur di Jalan KH Sulthon, dan Batik Poerwa di Jalan Angguran Jaya.
Dalam interaksi dengan pelaku usaha, Dewi Maharani Nurkholis, Pj Ketua Dekranasda Kota Probolinggo, menyoroti pola dan motif batik Kota Probolinggo yang didominasi oleh motif mangga anggur dan pesisiran dengan warna-warna cerah, meskipun ada yang menggunakan pewarnaan alam.
Dia juga menekankan bahwa Kota Probolinggo, sebagai kota pesisir yang merupakan kota transit antara berbagai wilayah di Jawa Timur, memiliki budaya yang unik, dipengaruhi oleh budaya Jawa, Madura, dan Pandalungan. Budaya Pandalungan, khususnya, memberikan sentuhan batik dengan corak warna cerah dan berani, yang merupakan gabungan dari budaya Madura dan Jawa.
“Pembatik itu harus tahu filosofi batik yang dibuatnya. Selain itu, batik Kota Probolinggo juga harus memiliki identitas kuat yang mampu membedakan dengan batik daerah yang lain, baik dari corak dan ragamnya. Jadi pas dipakai, orang yang melihat juga akan langsung tahu, oh ini pasti batik dari Kota Probolinggo, begitu,” katanya.
Menurutnya, sebagai tantangan bagi Kota Probolinggo, hal tersebut harus dihadapi dengan melakukan aksi nyata melalui berbagai kegiatan dan upaya pengenalan. Ini bisa dilakukan melalui berbagai cara seperti sarasehan, pertemuan dengan tokoh masyarakat, pembatik, serta melalui diskusi-diskusi.
“Saya berharap Kota Probolinggo ke depan mempunyai ikon khusus. Nah kalau sesuatu sudah dijadikan ikon itu, berarti sudah selamanya (melekat),” tegasnya.
Pada lokasi berikutnya, di Galeri Dekranasda yang terletak di pusat Alun-Alun kota, sekitar pukul 12 siang, Pj Ketua Dekranasda Dewi Maharani Nurkholis dijadwalkan bertemu dengan para pengrajin setempat untuk melakukan Audiensi bersama 50 pengrajin batik dan bordir.
Dalam kesempatan tersebut, Dewi Maharani Nurkholis menyampaikan rencananya untuk mengajak lima pengrajin Kota Probolinggo untuk ikut serta dalam acara bergengsi tahunan, Surabaya Fashion Parade 2024, yang akan diselenggarakan pada bulan Oktober mendatang.
Pemerintah Kota Probolinggo akan menyelenggarakan kompetisi desain batik untuk UMKM Batik lokal mulai 18 Mei 2024. Dewi Maharani Nurkholis memberikan sejumlah masukan kepada para pengrajin yang ditemuinya, termasuk harmonisasi warna yang lembut dan tetap mempertahankan makna filosofis dalam motif batik.
Dia juga mendorong para pembatik untuk mengembangkan teknik membatik yang beragam, serta menekankan pentingnya menetapkan harga jual yang akurat. Dewi juga meminta kolaborasi dan kerja sama antara para pembatik untuk mengembangkan batik khas Kota Probolinggo, terutama dalam pengembangan usaha bordir guna mendukung lahirnya perajin baru.
Di samping itu, ia mengimbau perangkat daerah terkait untuk merancang strategi khusus dalam pembinaan batik, dengan mempertimbangkan kearifan lokal, pemetaan batik tulis, fasilitasi HAKI dan merk, pemasaran, serta pembinaan yang bersinergi antar satuan kerja. (*)