Scroll untuk baca artikel
banner 728x90
banner 728x90
banner 728x90
Lokal Pride

Bibibi Probolinggo: Tradisi Berbagi di Malam Petok Lekoran Ramadan

×

Bibibi Probolinggo: Tradisi Berbagi di Malam Petok Lekoran Ramadan

Sebarkan artikel ini
Tradisi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Probolinggo dalam menyambut bulan Ramadan, khususnya malam ke-27 Ramadhan. (Foto: Life.Indozone)

BOLINGGO.CO – Ditengah hiruk pikuk persiapan menyambut malam Lailatul Qadar, warga Probolinggo memelihara tradisi khas yang disebut dengan Bibibi atau petok lekoran (Dua tujuh). Tradisi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Probolinggo dalam menyambut bulan Ramadan.

Setiap malam ke-27 atau petok lekoran dalam bahasa Madura, jalinan kebersamaan antar tetangga semakin terasa lekat. Warga saling bertukar makanan dengan para tetangga sebagai bentuk bersedekah dan meningkatkan kebersamaan. Makanan yang ditukar bisa beragam, mulai dari nasi bungkus, kue kering, kue basah, hingga makanan ringan dan minuman.

Tidak hanya berbagi makanan, sebagian warga juga memberikan uang tunai kepada anak-anak tetangga sebagai bentuk kebaikan dan kebahagiaan. Hal ini mencerminkan semangat gotong royong dan solidaritas yang tinggi di antara warga Probolinggo, terutama dalam menyambut bulan Ramadan yang penuh berkah.

Baca Juga:  Tradisi Totta'an, Mengungkapkan Rasa Syukur Petani di Probolinggo

Tradisi Bibibi menjadi momen yang dinanti-nantikan oleh masyarakat Probolinggo setiap tahunnya. Selain sebagai ajang bersedekah dan berbagi rezeki, tradisi ini juga menjadi wadah untuk mempererat tali silaturahmi antar tetangga. Melalui Bibibi, hubungan sosial antar warga semakin terjalin kuat dan harmonis.

Tak hanya itu, tradisi Bibibi juga menjadi pembelajaran bagi generasi muda tentang pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama. Anak-anak diajarkan nilai-nilai kebaikan dan gotong royong sejak dini melalui partisipasi dalam tradisi ini.

Meskipun sederhana, tradisi Bibibi memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Probolinggo. Ia menjadi simbol kebersamaan, kepedulian, dan solidaritas dalam menyambut bulan suci Ramadan. Seiring berjalannya waktu, semoga tradisi ini tetap terjaga dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan identitas masyarakat Probolinggo.