banner 728x90
banner 728x90
DaerahWisata

Ritual Wulan Kapitu, Akses Wisata Gunung Bromo Ditutup Sementara

×

Ritual Wulan Kapitu, Akses Wisata Gunung Bromo Ditutup Sementara

Sebarkan artikel ini
Wisata Gunung Bromo./ bromotenggersemeru

PROBOLINGGO – Suku Tengger akan melaksanakan ritual suci Wulan Kapitu, tradisi yang diwariskan turun-temurun, mulai Desember 2024 hingga Januari 2025. Selama bulan suci ini, kendaraan bermotor dilarang melintas di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), kecuali dalam keadaan darurat.

Wulan Kapitu, yang berarti Bulan Ketujuh dalam penanggalan Jawa, merupakan momen sakral bagi masyarakat Tengger untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui berbagai ritual penuh makna. Gunung Bromo, yang dianggap sebagai tempat Dewa Brahma, menjadi pusat pelaksanaan tradisi ini.

Puncak ritual berlangsung pada Minggu, 29 Desember 2024, pukul 18.00 WIB hingga Senin, 30 Desember 2024, pukul 18.00 WIB. Selama periode tersebut, kawasan Kaldera Tengger seperti Laut Pasir, Savana, dan Mentigen akan steril dari kendaraan bermotor demi menjaga kekhusyukan ritual. Penutupan serupa akan kembali dilakukan pada akhir Wulan Kapitu, yaitu 27 Januari 2025 hingga 28 Januari 2025.

Menurut Bambang Suprapto, Sekretaris Paruman Dukun Pandita Tengger, masyarakat Tengger melaksanakan Tapabrata, termasuk puasa mutih, yang menjadi inti tradisi ini. “Puasa ini melibatkan pantangan terhadap gula, garam, dan makanan yang membangkitkan hasrat duniawi, agar jiwa semakin dekat dengan harmoni alam,” jelasnya, Kamis (5/12/2024).

Baca Juga:  Event Tahunan Probolinggo: Karapan Sapi Brujul Rebut Piala Dandim Cup 2024

Balai Besar TNBTS mendukung pelaksanaan ritual ini dengan menutup akses kendaraan dari arah Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang mulai 29 Desember 2024 pukul 15.00 WIB hingga 30 Desember 2024 pukul 23.59 WIB. Wisatawan tetap dapat mengunjungi destinasi lain seperti Ranu Regulo yang tidak terdampak penutupan.

Kawasan Kaldera Tengger akan kembali dibuka pada 31 Desember 2024 pukul 00.01 WIB, menawarkan pengalaman unik merayakan Tahun Baru dalam suasana damai dan khidmat.

Kepala Balai Besar TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha mengimbau masyarakat dan wisatawan untuk menghormati tradisi ini. “Wulan Kapitu adalah jembatan antara manusia dan alam. Mendukung tradisi ini berarti turut menjaga warisan budaya bangsa,” ujarnya.

Tradisi Wulan Kapitu tidak hanya menjadi cermin harmoni antara manusia dan alam, tetapi juga simbol keagungan adat yang mengakar kuat. Menghormati tradisi ini adalah bentuk apresiasi terhadap kebijaksanaan leluhur dan kekayaan budaya Nusantara. ***